Translate

Minggu, 28 Februari 2016

Penjelasan Fenomena Indigo

Sesungguhnya kemampuan manusia atas kepemilikan ilmu pengetahuan hanyalah bagaikan setetes air di samudra luas atas ilmu pengetahuan yang dimiliki Allah SWT. Oleh sebab itu, maka apabila ada seseorang dianggap memiliki kemampuan tentang sesuatu melebihi kodratnya sebagai manusia pada umumnya, kita harus berhati-hati dan waspada dalam menyikapinya. Dalam beberapa hal Allah SWT bisa saja memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia secara langsung tanpa melalui proses belajar seperti pengetahuannya Nabi Khidir as, dan inipun karena Khiidir adalah seorang nabi dan rosul, maka wajar jika Allah memberikan pengetahuan itu. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an, yang artinya: “Maka mereka berdua (Nabi Musa dan pembantunya) mendapatkan seorang hamba dari hamba-hamba Kami (yaitu nabi khidir), yang telah Kami anugrahi rohmat dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (Allah)." (QS. Al-Kahfi: 65)

Ilmu pengetahuan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Khidhir as dalam kisahnya sebagaimana pada Ayat tersebut diatas, kemudian oleh sebagian orang ilmu itu disebut-sebut sebagai ilmu laduni. Namun seiring dengan berjalannya waktu istilah ilmu laduni menjadi berkembang artinya, yaitu bahwa setiap orang yang mempunyai kelebihan yang aneh-aneh (yang diluar kewajaran manusia), mereka menganggapnya sebagai mempunyai ilmu laduni. Pandangan ini didasari oleh karena nabi khidhir as telah memperoleh ilmu yang dapat mengetahui hal-hal yang belum terjadi dalam kisah perjalannya bersama nabi Musa as, dan pengetahuan itu diberikan langsung dari Allah tanpa melalui proses belajar tertentu.
Kalau kita katakan bahwa Khidhir as adalah seorang Nabi - dan ini adalah pendapat yang benar -, maka Allah telah mengajarkan kepada Nabi Khidhir sebagian ilmu ghoib, dan ini wajar-wajar saja, karena salah satu ciri khas wahyu adalah pengetahuan tentang sebagian ilmu ghoib. Dan hal ini hanya dimiliki oleh para nabi dan utusan Allah atau orang-orang yang dikehendaki Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, yang artinya : “Dia-lah Tuhan (Allah) Yang mengetahui yang ghaib dan Dia tidak memperlihatkan tentang yang ghaib tersebut kepada siapapun. Kecuali kepada para Rosul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka dan di belakangnya.“ (QS. Al-Jin: 26-27)

Para ahli tasawuf yang kemudian disebut sebagai kaum sufi, mengangap bahwa ilmu laduni ialah pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT melaluiilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT. Menurut anggapan ini, maka keberadaan ilmu laduni dapat dimungkinkan jika ilmu laduni tersebut dia dapatkan dengan bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintahNya serta menjauhi segala laranganNya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah saw, dan kita harus percaya kepadanya, tetapi tidak kita sebut ilmu laduni, kita sebut karomah atau ilham atau firasat, menurut jenis kelebihan yang ia punyai. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: " … Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Baqoroh: 282) 
Jika seseorang yang saleh dan bertaqwa kepada Allah dimungkinkan bisa memperoleh pengetahuan dari Allah tanpa proses belajar tertentu, yang kemudian menurut kaum sufi disebut ilmu laduni, lalu bagaimana dengan kemampuan seorang anak Indigo?, yang juga kebanyakan dari mereka memiliki kamampuan tentang sesuatu melebihi anak lain tanpa melalui proses belajar termasuk mengetahui hal-hal yang ghaib. Seperti dapat melihat  jin atau setan, mengetahui kehidupan masa lalu dan masa datang, dan lain-lain. Dalam kaitan ini maka tentu saja kita harus melihatnya dengan penuh kehati-hatian dengan melihat seberapa tinggikah tingkat kesalehan dan ketaqwaan anak yang terindikasi indigo tersebut kepada Allah SWT. Jika terindikasi tidak ada kesalehan dan ketaqwaan yang ditunjukan oleh yang bersangkutan, terlebih kemampuannya itu didasari dengan menggunakan sesuatu media tertentu yang ia percayai memiliki tuah atau kekuatan tertentu, maka hal ini diindikasikan sebagai orang yang tidak mendapatkan hidayah dari Allah dan tergolong kesesatan, karena kodratnya manusia tidak dapat melihat jin dalam ujud aslinya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ


“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya, Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-A’raf:27)

Tak hanya bisa memandang benda-benda yang kasat mata, sebagian orang juga memiliki kemampuan melihat makhluk gaib. Kemampuan ini diperoleh orang dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu, tapi ada juga yang sudah memilikinya sejak lahir. Mereka yang dari kecil sudah mempunyai kemampuan “melihat” ini biasanya diturunkan dari orangtua atau kakek buyut mereka.
 Terkait dengan hal ini, kita mengenal istilah anak indigo. Disebut-sebut memiliki indra keenam, anak indigo bisa melihat masa lalu, mengetahui kejadian masa depan, melihat atau berinteraksi dengan makhluk gaib. Selain itu, tingkat kecerdasannya di atas rata-rata sehingga pemikiran atau daya konsepnya luar biasa atau dapat menguasai banyak bahasa bahkan tanpa belajar. Namun, di kalangan ahli, anak indigo masih menjadi kontroversi. Sebagian menganggap ada, lainnya menolak memercayainya.

Memiliki keistimewaan memang bukan sebuah keinginan setiap individu akan tetapi lebih menjadi sebab pilihan yang telah menjadi takdir. Tidak selamanya keistimewaan dapat diterima oleh setiap individu apalagi bagi anak-anak yang memiliki keistimewaan panca indera atau lebih dikenal dengan anak indigo. Kesulitan adaptasi dengan kelebihan yang dimilikinya seringkali membuat anda kesulitan dalam memahami mereka. Adapula yang menyebutkan bahwa anak indigo adalah mereka yang memiliki kemampuan di luar batas anak normal lainnya. Sehingga dalam beberapa kasus ditemukan anak yang tumbuh di keluarga dengan menggunakan bahasa indonesia justru sangat fasih dalam menggunakan bahasa asing (inggris) pada awal mula dia bisa berbicara tanpa ada yang memberikan pengajaran khusus. Anak indigo dipopulerkan oleh penemuan Nancy Ann Tappe dalam sebuah buku yang menemukan adanya warna aura manusia yang dihubungkan dengan kepribadian. Seorang konselor di Amerika Serikat ini menemukan adanya warna indigo atau nila, pencampuran antara warna biru dan ungu yang biasanya dimiliki oleh orang dewasa ditemukan pada anak-anak. Tidak semua orang tau bahwa setiap anak indigo memberikan ciri ciri dalam kehidupan setiap harinya.

Konsep anak indigo pertama kali dikemukakan oleh cenayang Nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an. Pada tahun 1982, Tappe menerbitkan buku Understanding Your Life Through Color (Memahami Hidup Anda Melalui Warna) ‎yang menjelaskan bahwa semenjak pertengahan tahun 1960-an, ia mulai menyadari bahwa ada banyak anak yang lahir dengan aura "indigo" ‎(dalam publikasi lain Tappe juga mengatakan bahwa warna indigo atau nila berasal dari "warna kehidupan" anak yang ia dapatkan melalui sinestesia‎. Gagasan ini kemudian dipopulerkan oleh buku yang berjudul The Indigo Children: The New Kids Have Arrived (Anak Indigo: Anak-anak Baru Telah Tiba) pada tahun 1998. Buku ini ditulis oleh Lee Carroll dan Jan Tober.‎

Pada tahun 2002, konferensi internasional untuk anak indigo yang dihadiri oleh kurang lebih 600 orang diadakan di Hawaii. Konferensi pada tahun-tahun berikutnya diadakan di Florida dan Oregon. Beberapa film bertajuk indigo juga telah dibuat, seperti Indigo pada tahun 2003 ‎yang disutradarai oleh James Twyman. ‎Film mengenai indigo juga dirilis di Rusia pada tahun 2008.‎

Dalam sebuah artikel di Nova Religio pada tahun 2009, Sarah W. Whedon pada tahun 2009 mengusulkan bahwa konstruksi sosial anak indigo merupakan tanggapan terhadap "krisis anak-anak Amerika" yang tampak dalam bentuk peningkatan kekerasan anak-anak dan diagnosis attention deficit disorder dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Whedon meyakini bahwa orang tua melabeli anak mereka sebagai "indigo" sebagai penjelasan alternatif bagi ADD dan ADHD anak mereka.

Berikut adalah ciri ciri anak indigo berdasarkan fisik dan psikologis :

1.  Memiliki jiwa yang tua

Anak indigo memiliki jiwa yang cenderung lebih tua dibanding dengan usia sebayanya. Sebagian dari mereka ada yang menunjukan pertumbuhan jiwa di usianya yang masih bayi dalam memahami kemampuan berfikir, memahami benda-benda dan karakter orang dewasa. Bahkan perkembangan jiwa yang tumbuh cepat mempengaruhi pertumbuhan fisik seperti tumbuhnya gigi  dan kemampuan motorik yang lebih cepat dibandingkan dengan keadaan normalnya.

2.  Bentuk kepala yang memiliki ciri khas

Bentuk fisik yang mungkin anda lihat adalah kepala yang sedikit besar dari anak seusinya terutama terlihat jelas pada bagian lingkar kepala, dahi dan kening yang lebih lebar. Kuantitas otaknya lebih besar dikarenakan mempunyai kemampuan dalam menganalisi panca inderannya.

3.  Bentuk daun telinga

Anak indigo dapat dilihat dari daun telinga yang memiliki perbedaan ketimbang anak lainnya seperti bentuknya yang sedikit keluar dari kepalanya, telinganya lebih memanjang di bagian ujung atas dan menekuk bagian cuping bawahnya. Hal ini terjadinya karena kepekaan dalam pendengarannya di atas normal.

4.  Mata yang lebih tajam

Anak indigo memiliki tatapan mata yang tajam dan dalam apalagi di bagian pupil lebih besar dibanding dengan anak normalnya, sehinga terkesan memilii sedikit ruang warna putih. Dengan mata yang tajam seperti ini anak indigo memiliki kemampuan supranatural dalam melihat dimensi-dimensi lain yang tidak kasat mata.

5.  Tanda kelahiran

Pada anak anak indigo sering kali ditemukan tanda-tanda kelahiran yang aneh seperti yang terdapat di dahi, atau kedua matanya. Warna tanda kelahiran anak indigo biasanya cukup jelas seperti warna lebam, bekas pukulan.

6.  Bagian tubuh yang sakit

Dalam beberapa kasus anak yang mempunyai keistimewaan ditemukan pernah mengalami sakit kepala yang tidak tertahankan kemudian lambung yang melemah. Hal ini dikarenakan adanya stress dalam berpikir yang keras yang tidak dikehendaki sehingga memerlukan energi yang besar. Sedangkan lambung yang lemah dikarenakan produksi asam lambung yang meningkat ketika anak indigo stress.

7.  Kepribadian emosional

Anak indigo memiliki empati yang tinggi disebakan karena kepekaan yang berlebih pada lingkungannya. Anak indigo juga memiliki rasa marah yang mendesak sehingga menjadi semangat dalam memperbaiki keadaannya. Terkadang anak indigo mendengar suara yang diluar batas kemampuanyya sehingga menjadikan dirinya pribadi yang berubah-ubah.‎

Kemampuan Anak Indigo menurut penjelasan  Islam

1. Telepati (Tidak ada unsur syirik)

Telepati adalah kemampuan membaca pikiran dan perasaan manusia atau makhluk lain sering dihubungkan dengan cakra mata ketiga. Cakra adalah semacam lubang hitam (black hole) pada jiwa kita yang posisinya terletak di depan kepala (dahi). Enam kemampuan setelah ini juga mengandalkan kekuatan cakra ketiga.

Mata ketiga tersebut pada tubuh kita terletak di otak bagian depan. Secara fisik berupa ujung-ujung syaraf di kulit luar otak yang berperan sebagai sensor gelombang yang datang.

Setiap kali orang berpikir dan beremosi, maka otak akan memancarkan gelombangnya. Gelombang berfrekuensi rendah ini merembet dan memantul ke sana kemari dengan kecepatan cahaya, kemudian diindra oleh sensor di otak orang indigo dan diolah di otak untuk diubah menjadi sebuah gambaran.

Kemampuan membaca pikiran dan perasaan menangkap gelombang dimiliki hampir semua orang Indigo, termasuk juga anak-anak Indigo yang masih bayi. Sedangkan kemampuan berkomunikasi jarak jauh mengirim gelombang hanya dimiliki oleh orang Indigo tertentu saja.

2. Klervoyans (Ilmu Tembus Pandang) (Tidak ada unsur syirik)

Kemampuan untuk melihat kejadian yang sedang berlangsung di tempat lain. Sama seperti pikiran dan perasaan yang memancarkan gelombang, setiap peristiwa di alam juga memancarkan gelombang. Gelombang tersebut dipancarkan oleh setiap makhluk yang terlibat dalam peristiwa itu, bahkan benda mati sekalipun memancarkan gelombang dari gerak elektron pada atom dan getaran molekulnya. Kemampuan ini meliputi juga kemampuan melihat benda-benda yang tersembunyi atau berada di suatu tempat yang tertutup.

3. Prekognision (tergantung Penggunaan)
Hal ini berhubungan dengan kemampuan memprediksi dan membuat peristiwa yang akan terjadi. Memprediksi peristiwa artinya menggambarkan sebuah kejadian yang akan terjadi, sedangkan membuat peristiwa maksudnya menetapkan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Kemampuan untuk menetapkan suatu peristiwa di masa depan termasuk kemampuan sulit yang jarang dimiliki oleh orang Indigo secara umum.

Prediksi diperoleh dengan 2 cara, yakni dengan melihat langsung kejadian yang sedang berlangsung di masa depan atau membaca dan menyimpulkan data-data yang ada di masa sekarang dan menyimpulkan sebuah kemungkinan terbesar yang akan terjadi di masa depan.

Cara pertama dilakukan dengan jalan mengembara di dimensi waktu. Rahasianya terletak pada keanehan sifat dimensi waktu. Dimensi waktu tidak berbentuk linier seperti dimensi ruang, tapi berbentukl spiral dengan arah putaran ke dalam dimensi ruang. Anda bayangkan tangga berputar berbentuk spiral di dalam sebuah gedung.

Karena arah putaran spiral, dimensi waktu mengarah ke dalam dimensi ruang, maka pancaran gelombang yang dipancarkan sebuah peristiwa di masa lalu atau masa depan bukan berasal dari luar tubuh, tapi dari dalam tubuh. Meskipun datangnya gelombang dari dalam tubuh diperlukan usaha lebih keras menangkap gelombang ini karena sifat dimensi waktu yang bisa melebar dan menyempit tak terbatas (tidak berhingga). Inilah yang disebut mengembara di dimensi waktu.

Namun di dalam dimensi waktu terdapat sebuah jalan pintas, yakni adanya dawai kosmik yang terletak memotong spiral waktu. Anda bayangkan sebuah lift yang memotong tegak lurus arah putaran tangga spiral tadi. Perjalanan dengan menggunakan lift pasti lebih cepat dibandingkan dengan menuruni tanggal berjalan berputar.

Pada prakteknya, mengembara di dimensi waktu bagi seorang Indigo cukup dengan konsentrasi dan membayangkan suatu waktu (Tahun, bulan, tanggal, atau jam) tertentu, gambarannya bisa berupa kalender dan sebuah jam, dan melihat apa yang terjadi pada saat itu. Akan lebih mudah kalau ada orang/saksi yang diketahui terlibat pada peristiwa itu.

4. Retrokognision (tergantung Penggunaan)‎

Berhubungan dengan kemampuan melihat dan membuat peristiwa di masa lampau. Yang dimaksud dengan kemampuan membuat peristiwa adalah menetapkan suatu kejadian di masa lampau dan itu berpengaruh kepada masa sekarang. Hal ini juga berhubungan dengan spiral dimensi waktu. Kemampuan ini sangat jarang dimiliki oleh orang Indigo karena jarang dipergunakan.

Yang umum dilakukan oleh orang Indigo adalah melihat kejadian di masa lalu untuk menjelaskan suatu keadaan yang ada di masa sekarang. Biasanya yang dicari adalah sebab-sebab suatu kejadian, siapakah orang-orang yang terlibat dan bagaimana proses terjadinya.

5. Mediumship (bisa Terjadi Kesyirikan)

Orang Indigo mempunyai kemampuan untuk menggunakan rohnya dan roh orang atau makhluk lain sebagai medium. Orang Indigo mampu berkomunikasi dengan roh untuk menggali informasi.

Roh adalah gumpalan energi hidup yang berstruktur (badan, kepala dan anggota badan roh). Roh menyimpan kenangan seperti halnya tubuh manusia dengan otaknya. Kenangan yang direkam oleh roh berasal dari pengetahuan dasar yang bersifat idealis dan sudah ada sebelumnya, serta pengalaman yang bersifat realistis hasil perjalanan selama hidup bersama tubuh. Melihat makhluk dan berkomunikasi dengan makhluk lain yang tidak terlihat tapi berada di dimensi kita termasuk dalam kemampuan ini.

6. Psikometri (tergantung Penggunaan)

Bermakna kemampuan menggali informasi dan berkomunikasi dengan objek apa pun. Hal ini dimungkinkan karena setiap benda terdiri dari susunan atom yang membentuk molekul. Molekul pada benda padat, gas atau cair bergetar dan getarannya menghasilkan gelombang. Molekul dan atom itu juga dapat menyimpan rekaman suatu peristiwa. Rekaman ini bisa digali dan dibaca.

7. Sugesti hipnosis (Tidak Ada Kesyirikan)‎

Orang Indigo yang tidak belajar hipnosis bisa menghipnosis dengan kemampuan telepatinya. Walaupun proses sugestinya berjalan lamban namun bersifat permanen dan bisa diwariskan. Contoh adalah hasil sugesti hipnosis yang dilakukan orang-orang Indigo seperti para Rasul, Nabi, dan orang suci lainnya. Pengaruh mereka masih terus berbekas hingga sekarang.

8. Analitik (tergantung Penggunaan)

Kecerdasan (IQ) orang Indigo rata-rata di atas 120. Kelebihan dari orang biasa adalah kemampuan analisa data secara cepat, luas dan kontinyu. Data-data yang tersebar dan acak akan dikumpulkan dan saling dihubungkan dengan cepat. Sebuah kesimpulan atau jawaban atas sebuah pertanyaan atau permasalahan bisa diperoleh oleh seorang Indigo hanya dalam waktu beberapa detik, terutama yang berhubungan dengan analisa kejadian alam. Kemungkinan ini berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan proses di otak yang lebih besar dari orang umum.

9. Telekinetik (tergantung Penggunaan)

Telekinetik artinya menggerakkan benda dari jarak jauh. Pada umumnya berhubungan kuat dengan kemampuan telepati seperti sugesti hipnosis. Merubah perilaku orang lain dengan mengubah susunan genetik pada spiral DNA dan menggerakkan sel, kelenjar atau organ tubuh dalam sistem metabolisme tubuh. Kemampuan untuk menggerakkan benda dengan massa besar tidak umum dimiliki oleh orang-orang Indigo.

10. Komunikasi dengan Makhluk Dimensi lain (Tidak ada Kesyirikan)

Kemampuan ini berhubungan dengan cakra mahkota pada bagian atas kepala yang merupakan pintu komunikasi antara manusia dengan Dimensi lain. Cakra ini pada orang Indigo berwarna ungu yang sangat kuat terutama pada saat terjadi koneksi dengan Sang Sumber. Hubungan dengan makhluk-makhluk suci seperti malaikat dan dimensi lain yang lebih tinggi, juga terjadi di cakra ini.

kemampuan tidak umum ini tidak semuanya dimiliki oleh semua orang Indigo. Namun apabila terus dilatih, semua kemampuan akan bisa dimiliki, karena pada dasarnya hal itu sudah ada pada setiap Indigo. Untuk orang yang bukan Indigo, kemampuan ini juga bisa diperoleh dengan latihan keras dan disiplin, namun seringkali hambatannya juga sangat besar.

Terkait fenomena anak indigo, ada beberapa catatan yang bisa kita beri garis tebal,

Pertama, islam tidak menolak realita

Sebelumnya, mari kita memahami peta realita berikut,

Realita dibagi menjadi dua:

1.  Realita syar’i: itulah semua berita yang disampaikan dalam Al-Quran dan sunah yang sahih. Misalnya: meteor yang memancarkan cahaya di langit, sejatinya adalah panah api untuk melempar setan yang berusaha mencari berita dari langit. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat al-Jin ayat 9. Meskipun kita tidak pernah melihat peristiwa ini dengan kasat mata, namun mengingat hal ini Allah ceritakan dalam Al-Quran maka wajib kita yakini, karena demikianlah realita yang ada. Contoh lain: Jibril memiliki 600 sayap, sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari. Meskipun kita tidak pernah melihat wujud asli Jibril, namun mengingat hal ini disebutkan dalam hadis shahih, maka wajib kita yakini.

2.  Realita kauni merupakan semua kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Misalnya, ada orang melihat kejadian aneh, kemduian dia abadikan gambarnya, lalu dia share ke yang lain. Kita tidak mungkin mengingkari kejadian ini, karena orang yang melihat langsung membawakan bukti asli sesuai yang dia saksikan.

Penyimpangan terhadap dua realita di atas, kita sebut berita dusta. Jika berita dusta itu terkait masalah syariat atau keyakinan, diistilahkan dengan tahayul. Misalnya: berita bahwa pada hari rabu terakhir di bulan safar, akan turun 320 ribu bencana. Berita ini masuk dalam ranah masalah ghaib. Karena indera manusia tidak pernah mendeteksi 320 ribu bencana yang turun di hari itu. Sehingga untuk membuktikan kebenaranya, kita perlu kembalikan kepada dalil, adakah ayat atau hadis shahih yang menyebutkannya. Jika tidak ada, termasuk tahayul, yang tidak boleh diyakini.

Anda bisa menimbang semua informasi masalah ghaib yang simpang siur di sekitar kita dengan cara di atas. Sehingga kita bisa membedakan antara keyakinan yang benar dengan tahayul semata.

Fenomena indigo termasuk realita yang bisa kita saksikan. Ada anak yang berkomunikasi dengan makhluk lain, atau dia melihat makhluk lain, dan itu asli tidak dibuat-buat.

Sebatas kejadian yang bisa kita lihat, termasuk fenomena kauni. Kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Selama kejadian itu memang benar-benar ada, islam tidak melarang kita untuk membenarkannya, karena islam tidak menolak realita.

Kedua, kemampuan dasar makhluk

Islam tidak menolak fenomena anak indigo jika memang itu realita. Kita boleh meyakininya, selama kejadian itu memang benar-benar ada di sekitar kita. Namun realita yang boleh kita yakini dalam hal ini hanya sebatas yang bisa kita lihat. Sementara tentang hakekat anak indigo, perlu kajian yang lebih serius utnuk bisa menjelaskan dan memberi komentar.

Di sini kita tidak menggali hakekat dan sebab si anak menjadi indigo. Sebagian ahli medis menyebutkan, anak indigo mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), semacam gangguan perkembangan dan keseimbangan aktivitas motorik anak sehingga menyebabkan aktivitasnya tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ada juga yang menyebutkan, anak indigo bisa seperti itu karena memiliki kemampuan melihat jin. Dan beberapa analisis lainnya.

Hanya saja ada beberapa informasi tentang anak indigo yang disuasanakan berlebihan. Sebuah analisis ‘ngawur’ menyebutkan beberapa kemampuan luar biasa anak indigo,

Prekognision: kemampuan memprediksi dan membuat peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
Retrokognision: kemampuan melihat peristiwa di masa lampau.
Klervoyans: kemampuan untuk melihat kejadian yang sedang berlangsung di tempat lain.
Psikometri: kemampuan menggali informasi dan berkomunikasi dengan objek apapun. Dia menerjemahkan getaran dan gelobang yang dipancarkan setiap benda yang menyimpan rekaman suatu peristiwa.
Mediumship: kemampuan untuk menggunakan rohnya dan roh makhluk lain sebagai medium, serta bisa berkommunikasi dengan roh.
Telekinetik adalah kemampuan untuk menggerakkan benda dari jarak jauh.
Sugesti hipnosis: Anak Indigo dapat menghipnosis seseorang dengan kemampuan telepatinya.‎
Berkomunikasi dengan Makhluk dimensi lain: Kemampuan ini berhubungan dengan cakra mahkota pada bagian atas kepala yang merupakan pintu komunikasi antara manusia dengan Makhluk Dimensi lain.
Jika kita perhatikan kemampuan di atas, bisa disimpulkan bahwa anak indigo tak ubahnya seperti seorang Nabi. Karena satu-satunya manusia yang kita kenal memiliki kemampuan hebat seperti di atas hanya para nabi, atas bimbingan wahyu dari Tuhannya.

Namun sayang, banyak juga mereka yang mempercayai hal ini, terutama para budak klenik dan ramalan.

Kembali pada peta realita, berbagai kemampuan ‘hebat’ dalam daftar di atas, jelas bukan termasuk realita kauni. Karena kita tidak pernah menyaksikan proses anak indigo itu mengekspresikan kemampuannya. Yang kita lihat hanyalah, dia berbicara sendiri dengan tembok, pohon atau benda lainnya, atau dia menatap dengan pandangan nanar kemudian melakukan reaksi tertentu, atau dia ngomong tanpa beban kemudian menyampaikan masa depan, atau dia menceritakan halusinasi dalam pikirannya, dst. Anehnya, mereka menanggapinya terlalu serius.

Tidak ada yang melebihi kemampuannya

Anak indigo siapapun dia, tetap manusia. Dia tidak akan melampaui batas kemampuannya sebagai manusia. Semua kemampuan di atas, sejatinya tidak mungkin dimiliki manusia, selain Nabi yang mendapat wahyu dari Allah.

Allah berfirman,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah..”

Di ayat lain, Allah berfirman,

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ

“Katakanlah: …Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira”.

Di ayat lain, Allah juga menegaskan,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ( ) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin: 26 – 27)

Dalam  hadis dari Rubayyi’ bintu Mu’awidz radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

قَالَتْ جَارِيَةٌ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَقُولِي هَكَذَا وَقُولِي مَا كُنْتِ تَقُولِينَ»

“Ada seorang anak yang mengatakan, ‘Di tengah-tengah kami ada seorang nabi yang mengetahui apa yang terjadi besok.’ Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ‘Jangan kau ucapkan hal itu, ucapkanlah syair yang tadi kalian lantunkan.’ (HR. Bukhari 4001).

Jika demikian kemampuan yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak mengetaui hal ghaib, tidak bisa meramalkan masa depan, kecuali yang Allah wahyukan, bagaimana mungkin kita meyakini anak indigo mampu menerawang masa depan, melihat kejadian masa silam, meraba kejadian di tempat lain dalam waktu bersamaan, menebak isi hati orang, komunikasi dengan benda mati, komunikasi dengan Tuhan, menggerakkan benda dari jauh, dst.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‎pernah mendatangi Ibnu Shayyad, seorang yang dianggap bisa meramal. Beliau ngetes kemampuannya: ‘Tebak kata yang kusimpan dalam hatiku!’ Ibnu Shayyad mengatakan, ‘Dukh..’ Mendengar jawaban ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اخْسَأْ، فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ

‘Duduklah, kamu tidak akan melebihi batas kemampuanmu.’ (HR. Bukhari)

Pendapat yang kuat, ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan firman Allah di surat Ad-Dukhan ayat 10. (Keterangan Fuad Abdul Baqi dalam Ta’liq Shahih Bukhari).

Ketiga, indigo dan jin

Bagian ini perlu kita kupas ulang, karena memungkinkan untuk dilakukan pendekatan berdasarkan dalil. Beberapa laporan menyebutkan anak indigo melihat sesuatu yang tidak kita lihat.

Ada dua kemungkinan yang dia lihat, antara malaikat atau jin. Untuk malaikat, dipastikan tidak mungkin. Karena malaikat hanya akan melakukan tugas yang diperintahkan Allah. Sementara tidak mungkin malaikat melakukan tugas kecuali untuk sesuatu yang penting.

Dengan demikian, yang lebih pasti adalah jin. Anak ini melihat jin. Apa mungkin? Sangat mungkin.

Allah tegaskan dalam Al-Quran ketika membahasa tentang iblis:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

“Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya (semua jin) bisa melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).

Inilah sifat asli jin. Dia tidak bisa dilihat oleh manusia. Akan tetapi jin bisa menjelma menjadi makhluk yang lain, sehingga bisa terindera oleh manusia. Baik dengan dilihat, didengar, atau diraba. Sebagaimana kisah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pada hadis berikut,

Suatu ketika Ubay pernah menangkap jin yang mencuri makanannya. Ubay bin Ka’ab berkata kepada Jin: “Apa yang bisa menyelamatkan kami (manusia) dari (gangguan) kalian?”. Si jin menjawab: “Ayat kursi… Barangsiapa membacanya di waktu sore, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga pagi, dan barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga sore”. Lalu paginya Ubay menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- untuk menuturkan hal itu, dan beliau menjawab: “Si buruk itu berkata benar”. (HR. Hakim, Ibnu Hibban, Thabarani dan lainnya)

Kejadian yang sama juga pernah dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau menangkap jin yang mencuri makanan zakat fitrah.

al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya. Firman AllahTa’ala, ‘Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus pada kondisi aslinya sebagaimana dia diciptakan.” (Fathul Bari, 4:489).

Karena itu, jika benar anak indigo melihat jin, bukan karena dia memiliki kemampuan khusus melebihi yang lain, sehingga bisa melihat jin. Namun karena ada jin yang menampakkan diri kepadanya.

Keempat, Kondisi tidak Normal

Catatan tambahan yang penting untuk disebutkan. Kejadian anak indigo sejatinya adalah kondisi tidak normal. Baik karena sebab ADHD atau melihat jin. Karena normalnya manusia, dia hanya bisa berinteraksi dengan sesuatu yang bisa memberikan respon kepadanya. Jika sebabnya karena gangguan kejiwaan, bisa dilarikan ke ahli penyakit terkait, sehingga bisa dilakukan penanganan.

Demikian pula jika indigonya disebabkan melihat jin. Juga termasuk kondisi tidak normal. Karena dalam kondisi normal, sejatinya mansuia tidak bisa melihat jin. Ketika ada orang yang melihat jin, berarti dia tidak normal. Karena tidak normal, kasus semacam ini perlu dinormalkan (baca: diobati). Melihat jin, berarti ada jin yang usil dan mengganggunya. Dia harus usir jin ini agar segera meninggalkannya. Jika tidak, akan sangat sulit bagi si anak untuk melepaskan diri dari gangguan jin itu.

Yang Harus Dilakukan Orangtua Terhadap Anak Indigo:
Hargai keunikan anak dan hindari kritikan negatif.  
Jangan pernah mengecilkan anak.  
Berikan rasa aman, nyaman dan dukungan.  
Bantu anak untuk berdisiplin. 
Berikan mereka kebebasan pilihan tentang apapun. 
Bebaskan anak memilih bidang kegiatan yang menjadi minatnya, karena pada umumnya mereka tidak ingin jadi pengekor. 
Menjelaskan sejelas-jelasnya (masuk akal) mengapa suatu instruksi diberikan, karena mereka tidak suka patuh pada hal-hal yang dianggap mengada-ada. 
Jadikan sebagai mitra dalam membesarkan mereka.
Yang terpenting dalam menangani anak indigo ini adalah bahwa mereka memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Pada beberapa anak, hal ini disebabkan karena permasalahan kecemasan, kemungkinan perilaku obsesif, kompulsif, atau kepanikan yang berlebih (panic attack). Penyebab lain muncul karena mereka berusaha keras untuk belajar dan memahami dengan caranya sendiri yang masih tradisional ataupun kebiasaan rutin. Sehingga tidak jarang bagi mereka akan memiliki perasaan harga diri yang rendah. Terkadang beberapa anak indigo menunjukkan reaksi kemarahan dan depresi.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Rabu, 24 Februari 2016

Penjelasan Tentang Menyusui Anak


PERINTAH BAGI PARA IBU UNTUK MENYUSUI ANAKNYA

Alloh ‘azza wa jalla berfirman :

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آَتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233]

Lafadz ayat : [وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنّ…َ], bentuknya adalah khobar (pengabaran) tapi bermakna perintah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arob (8/125), as-Sa’di dalam tafsirnya (hal. 103), dll.‎

PEMBERIAN ASI SECARA SEMPURNA SAMPAI DISAPIH MERUPAKAN JASA KEDUA ORANG TUA

Alloh ta’ala berfirman :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, danmenyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [QS Luqman : 14]

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Wahai Robb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” [QS al-Ahqof : 15]‎

DIBOLEHKANNYA MENCARI IBU SUSUAN UNTUK MEMBERIKAN ASI KEPADA BAYI

وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آَتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”[QS al-Baqoroh : 233]

أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ وَإِنْ كُنَّ أُولَاتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوا عَلَيْهِنَّ حَتَّى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ فَإِنْ أَرْضَعْنَ لَكُمْ فَآَتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ وَأْتَمِرُوا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوفٍ وَإِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهُ أُخْرَى

“Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah dicerai) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.“ [QS ath-Tholaq : 6]

Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir (8/153) :

أي: وإن اختلف الرجل والمرأة، فطلبت المرأة أجرة الرضاع كثيرًا ولم يجبها الرجل إلى ذلك، أو بذل الرجل قليلا ولم توافقه عليه، فليسترضع له غيرها فلو رضيت الأم بما استؤجرت عليه الأجنبية فهي أحق بولدها.

“Yakni : jika seorang laki-laki berselisih dengan seorang wanita (istri yang dicerai yang sudah melahirkan bayi, pent), lalu wanita itu meminta upah penyusuan yang banyak dan laki-laki itu tidak setuju dengan itu, atau laki-laki tersebut cuma mau mengeluarkan sedikit upah dan wanita tersebut tidak setuju dengannya, maka hendaknya laki-laki tersebut mencari wanita lain yang mau menyusui bayinya selain wanita tadi. Seandainya ibu bayi tersebut telah ridho (untuk menyusui anaknya) dengan besar upah yang diberikan kepada wanita lain itu, maka ia lebih berhak terhadap anaknya.”

Dan di sini tidak disebut ataupun disindir sama sekali tentang susu-susu lain selain ASI jika ibu bayi tersebut tidak bisa menyusuinya, akan tetapi yang disebutkan adalah ASI dari ibu susu sebagai pengganti ASI ibu bayi tersebut. Ini menandakan ASI adalah makanan terbaik bagi bayi.

Dan ayat-ayat di atas juga merupakan dalil tentang bolehnya ibu susu mengambil upah atas persusuannya.
KISAH NABI MUSA

وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara perempuan Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.“ [QS al-Qoshosh : 12-13]‎

FAIDAH DARI KISAH WANITA AL-GHOMIDIYYAH‎

Dalam kisah wanita al-Ghomidiyyah yang mengaku berzina dan minta dirajam terdapat faidah tentang pentingnya menyusui bagi anak. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menunda hukuman rajamnya sampai ia melahirkan dan menyapih anaknya. Kami nukilkan kisahnya secara ringkas dari hadits Buroidah rodhiyallohu anhu:

فَجَاءَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ فَطَهِّرْنِي وَإِنَّهُ رَدَّهَا فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ تَرُدُّنِي لَعَلَّكَ أَنْ تَرُدَّنِي كَمَا رَدَدْتَ مَاعِزًا فَوَاللَّهِ إِنِّي لَحُبْلَى قَالَ إِمَّا لَا فَاذْهَبِي حَتَّى تَلِدِي فَلَمَّا وَلَدَتْ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي خِرْقَةٍ قَالَتْ هَذَا قَدْ وَلَدْتُهُ قَالَ اذْهَبِي فَأَرْضِعِيهِ حَتَّى تَفْطِمِيهِ فَلَمَّا فَطَمَتْهُ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي يَدِهِ كِسْرَةُ خُبْزٍ فَقَالَتْ هَذَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَدْ فَطَمْتُهُ وَقَدْ أَكَلَ الطَّعَامَ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَى رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَحُفِرَ لَهَا إِلَى صَدْرِهَا وَأَمَرَ النَّاسَ فَرَجَمُوهَا

“Lalu datang seorang wanita al-Ghomidiyyah, ia berkata : “wahai Rosululloh, aku telah berzina, maka sucikanlah aku!” Dan Rosululloh menolaknya. Ketika keesokan harinya, wanita itu berkata : “Wahai Rosululloh, mengapa engkau menolakku? Mungkin engkau menolakku sebagaimana engkau telah menolak Ma’iz, maka demi Alloh aku ini hamil!” Rosululloh berkata : “Tidak, pergilah sampai engkau melahirkan.” Ketika ia sudah melahirkan, ia mendatangi Rosululloh dengan membawa bayinya pada sebuah kain, ia berkata : “Ini aku sudah melahirkan.” Rosululloh berkata : “Pergilah dan susuilah ia sampai engkau menyapihnya!” Ketika ia telah menyapihnya, ia mendatangi Rosululloh dengan bayinya yang membawa remukan roti di tangannya, maka ia berkata : “Ini wahai Nabi Alloh, aku sudah menyapihnya dan ia sudah makan makanan.” Maka anak itu diserahkan kepada seseorang dari kaum muslimin, kemudian beliau memerintahkan untuk merajamnya, maka digalikan untuknya lubang sedalam dadanya lalu beliau memerintahkan orang-orang, kemudian mereka merajamnya.”‎‎
[HR. Muslim no. 1695, Abu Dawud no. 4442, Ahmad no. 22999, Ibnu Abi Syaibah no. 28809, dll dari jalan Abdulloh bin Buroidah, dari Buroidah]

Dalam riwayat lain Rosululloh berkata :

إِذًا لَا نَرْجُمُهَا وَنَدَعُ وَلَدَهَا صَغِيرًا لَيْسَ لَهُ مَنْ يُرْضِعُهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ إِلَيَّ رَضَاعُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ فَرَجَمَهَا

“Kalau begitu kita tidak bisa merajamnya sedangkan kita biarkan anaknya yang masih kecil tanpa ada yang menyusuinya.” Lalu bangkit seorang dari Anshor, ia berkata : “aku yang akan menanggung persusuannya wahai Nabi Alloh.” Buroidah berkata : lalu wanita itu dirajam.‎
[HR. Muslim no. 1695 dari jalan Sulaiman bin Buroidah, dari Buroidah]

Al-Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh Muslim(11/202) : “Dan Ketahuilah! Bahwa madzhab asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, dan yang masyhur dari madzhab Malik : bahwa seorang wanita boleh tidak dirajam sampai didapatkan orang lain yang menyusui bayinya, dan jika tidak didapatkan maka wanita itu sendiri yang menyusuinya sampai disapih, baru kemudian dirajam.”

Seandainya menyusui bayi dengan ASI adalah perkara yang sepele atau tidak penting bagi bayi tersebut, tentu Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam tidak akan menunda hukum rajam tersebut.‎

PERSUSUAN MENJADIKAN MAHROM

Dalam hadits ‘Aisyah :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عِنْدَهَا وَأَنَّهَا سَمِعَتْ صَوْتَ رَجُلٍ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا رَجُلٌ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرَاهُ فُلَانًا لِعَمِّ حَفْصَةَ مِنْ الرَّضَاعَةِ قَالَتْ عَائِشَةُ لَوْ كَانَ فُلَانٌ حَيًّا لِعَمِّهَا مِنْ الرَّضَاعَةِ دَخَلَ عَلَيَّ فَقَالَ نَعَمْ الرَّضَاعَةُ تُحَرِّمُ مَا تُحَرِّمُ الْوِلَادَةُ

Ketika Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berada di rumahnya, ia (Aisyah) mendengar suara laki-laki minta izin (untuk masuk) di rumah Hafshoh. Aisyah berkata : lalu aku katakan : “wahai Rosululloh, laki-laki ini minta izin di rumahmu” Nabi shollallohu alaihi wa sallam berkata : “aku melihat ia adalah si Fulan, paman susunya Hafshoh” Aisyah berkata : “seandainya si Fulan masih hidup (paman susunya Aisyah) ia boleh masuk menemuiku?” Rosululloh berkata : “ya, persusuan menjadikan mahrom sebagaimana seseorang menjadi mahrom karena sebab kelahiran.”‎
[HR. al-Bukhori no. 2503, 2938 & 4811, Muslim no. 1444, dll]



ASI MENUMBUHKAN TULANG DAN DAGING

Ibnu Mas’ud rodhiyallohu anhu berkata :

لارضاع إلا ما شد العظم وأنبت اللحم

“Tidaklah dikatakan persusuan kecuali apa-apa yang menguatkan tulang dan menumbuhkan daging.”‎
[HR. Abu Dawud no. 2059, dishohihkan al-Albani (yakni secara mauquf dengan syawahid-nya pada riwayat Ahmad, ad-Daruquthni dan al-Baihaqi)]
ASALNYA WANITA ADALAH DI RUMAH

Allah berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Tetaplah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias sebagaimana orang-orang jahiliyyah dahulu berhias” [QS. al-Ahzab : 33]

Salah satu hikmah dari perintah ini adalah agar mereka dapat menyusui anak-anaknya dengan sempurna. Berbeda dengan para wanita karir yang sibuk bekerja di luar rumah, sehingga kebanyakan anak-anak mereka menyusu dengan susu formula.

Dari Ibnu Umar rodhiyallohu anhuma, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya. Seorang amir (pemimpin suatu negri, pent) yang memimpin manusia adalah orang yang diberi amanah, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang laki-laki adalah orang yang diberi amanah terhadap keluarganya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang wanita adalah orang yang diberi amanah terhadap rumah dan anak suaminya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang budak adalah orang yang diberi amanah terhadap harta majikannya, dan ia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya.” [HR. al-Bukhori no. 2416, Muslim no. 1829, dll]

Kata [رَاعٍ] dalam hadits di atas biasanya diterjemahkan “pemimpin”, akan tetapi kami terjemahkan dengan “orang yang diberi amanah” karena arti [رَاعٍ] dalam hadits ini adalah [حافِظٌ مُؤْتَمَنٌ] / “penjaga yang diberi amanah“, sebagaimana dijelaskan dalam an-Nihayah fi Ghoribil Atsar (2/581) dan Lisanul Arob (14/325).

RUKHSHOH BAGI IBU YANG MENYUSUI UNTUK MENINGGALKAN PUASA

Terdapat rukhshoh (keringanan) dalam syari’at bagi para ibu yang sedang menyusui untuk meninggalkan puasa Romadhon dengan membayar fidyah sebagai gantinya (dan masalah mengganti puasa ini ada khilaf dan bukan sekarang waktu untuk membahasnya). Hal ini disebabkan adanya masyaqqoh (kesulitan) untuk menyusui sambil berpuasa, dimana ibu menyusui butuh untuk minum dan makan yang mencukupi agar dirinya tetap kuat menyusui dan juga agar produksi ASI tetap lancar. Hal ini juga menunjukkan pentingnya menyusui anak dengan ASI. Karena seandainya tidak penting, bisa saja syari’at menentukan ibu menyusui tetap wajib berpuasa dan bayinya diberi minum dari susu-susu lain seperti susu sapi, dll. Sebagaimana dalam sebuah Mandhumah(syair):

الدين جاء لسعادة البشر **** ولانتفاء الشر عنهم والضرر

Ad-Diin datang untuk kemashlahatan manusia

………. Dan untuk menolak keburukan dan madhorot dari mereka

Dari Anas bin Malik al-Ka’bi rodhiyallohu anhu, ia berkata :

أَغَارَتْ عَلَيْنَا خَيْلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُهُ يَتَغَدَّى فَقَالَ ادْنُ فَكُلْ فَقُلْتُ إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ ادْنُ أُحَدِّثْكَ عَنْ الصَّوْمِ أَوْ الصِّيَامِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلَاةِ وَعَنْ الْحَامِلِ أَوْ الْمُرْضِعِ الصَّوْمَ أَوْ الصِّيَامَ وَاللَّهِ لَقَدْ قَالَهُمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِلْتَيْهِمَا أَوْ إِحْدَاهُمَا فَيَا لَهْفَ نَفْسِي أَنْ لَا أَكُونَ طَعِمْتُ مِنْ طَعَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Kuda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam lari kepada kami, lalu aku datangi Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam, aku mendapatinya sedang makan pagi, beliau berkata : “Mendekat dan makanlah!” Aku katakan : “aku sedang puasa”, lalu beliau berkata : “mendekatlah, aku akan mengabarkan kepadamu tentang puasa, sesungguhnya Alloh ta’ala telah menggugurkan puasa dan setengah sholat bagi musafir, dan juga puasa bagi wanita hamil atau menyusui.” (Anas berkata) Demi Alloh! beliau telah mengucapkan keduanya atau salah satunya, aduhai sesalnya diriku tidak makan makanannya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.‎‎
[HR. at-Tirmidzi no. 715, Abu Dawud no. 2408, an-Nasa’i no. 2276, dll. Dishohihkan al-Albani dalam Shohih Abi Dawud no. 2107]
MENYUSUI SETELAH ANAK BERUSIA LEBIH DARI 2 TAHUN

Menyusui yang sempurna adalah sampai anak berusia 2 tahun sebagaimana dalam al-Baqoroh ayat 233, atau 30 bulan sejak masa kehamilan sebagaimana dalam al-Ahqof ayat 15, dan inilah yang utama.

Al-Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya meriwayatkan perkataan seorang tabi’in:

حدثنا بن مهدي وأبو أسامة عن سفيان عن الأعمش عن إبراهيم أن علقمة مر بامرأة وهي ترضع صبيا لها بعد الحولين فقال لا ترضعيه بعد ذلك

Haddatsana Ibnu Mahdi dan Abu Usamah, dari Sufyan, dari al-A’masy, dari Ibrohim, bahwa Alqomah berjalan melewati seorang wanita yang sedang menyusui bayinya setelah 2 tahun, maka ia berkata: “Jangan kamu susui ia setelah itu”. [Mushonnaf Ibni Abi Syaibah no. 17060]

Alqomah di sini adalah Alqomah bin Qois an-Nakho’i, salah seorang murid senior Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu anhu.

Perkataan beliau ini bukanlah pengharaman tapi merupakan nasihat agar tidak menyusui lebih dari 2 tahun, karena itu yang lebih utama.
Tips Agar ASI Lancar dan Banyak

Umumnya ibu bisa menyusui anaknya dengan ASI tanpa harus bantuan susu kaleng/susu sapi. Tentu saja ada cara yang harus dilakukan.

1. Segeralah susui bayi anda dengan ASI. 5-10 menit setelah bayi dilahirkan, bayi bisa segera disusui setelah dibersihkan. Adik saya di satu RS alhamdulillah bisa seperti itu sehingga tangis bayinya cuma sebentar karena diam setelah disusui. Susu yang pertama ini sangat baik karena mengandung Kolostrum. Oleh karena itu jika ada Rumah Bersalin yang memberi susu kaleng, itu tindakan yang keliru.

2. Susui bayi anda setiap 1-2 jam. Jika anda tidak menyusui sampai 5 jam lebih misalnya karena bekerja, maka ASI anda produksinya akan menyusut dan akhirnya berhenti. Ada baiknya cuti dulu meski tanpa gaji selama minimal 1 tahun.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa ibu yang tidak menyusui anaknya selama 1 tahun penuh kemungkinan mendapat kanker payudara sangat besar. Selain itu bayi yang kurang mendapat ASI (kurang dari 6 bulan) meski kelihatan gemuk/montok, mudah terserang penyakit karena kekebalan tubuhnya kurang.

Bagaimana pun juga susu manusia adalah yang terbaik bagi manusia. Bukan susu sapi atau yang lainnya.

3. Pikiran ibu harus tenang. Banyak penyakit yang timbul dari pikiran. Demikian pula produksi ASI juga bisa terhenti jika si ibu stress. Oleh karena itu ibu harus tenang dan sabar. Hindari sangka buruk/su’u zhon, jengkel, apalagi marah-marah. Sebaiknya senantiasa bersabar, berbaik sangka/husnu zhon, dan tenang.

4. Makanan/gizi harus cukup. Sayur seperti Sayur Katuk, Bayam, dan pare sangat baik untuk meningkatkan ASI. Demikian juga buah pepaya, korma, kacang, kacang hijau, dan sebagainya. Sebaiknya tambah juga dengan minum madu dan susu.

5. Jangan memberi bayi susu formula. Biasanya jika bayi diberi susu formula, bayi akhirnya jadi malas menetek ASI pada ibunya. Ini selain karena susu formula rasanya lebih enak meski gizinya jauh di bawah ASI, tapi juga dot susu lebih mudah mengeluarkan susu ketimbang puting susu ibu.

6. Jangan memberi bayi Dot Empeng (Pacifier). Karena meski membuat bayi jadi tenang dan tidak menangis, akhirnya si bayi jadi tidak menyusu. Lama kelamaan selain badan bayi jadi kurus, produksi ASI juga menurun bahkan bisa terhenti jika bayi jarang menyusui. Susuilah bayi setiap 1-2 jam. Jadi memang saat menyusui, ibu sebaiknya tidak bekerja atau mengambil cuti panjang.

7. Ibu harus banyak beristirahat agar ASInya tetap banyak. Sering bayi bangun di malam hari dan tidur di siang hari. Ibu bisa mencoba membangunkan bayinya di siang hari hingga bisa tidur di malam hari. Tapi selama bayi tersebut bangun di malam hari dan tidur di siang hari, mau tidak mau ibu tersebut harus ikut bangun di malam hari dan tidur di siang hari agar istirahatnya cukup. Yang penting ibadah dan pekerjaan rumah tidak terlewatkan.‎

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Penjelasan Tentang Syahidnya Wanita Yang Melahirkan

Bagi setiap wanita yang sudah menikah, hamil merupakan momen yang paling ditunggu-tungu.Ya hamil merupakan salah satu proses perkembangbiakan manusia di muka bumi. Kehamilan adalah Anugerah terbesar dari Allah SWT bagi para wanit, dan wanitalah yang  terpilih untuk itu. kalau para laki-laki yang terpilih bisa repot dan terbaliklah Dunia. Karena Kehamilan merupakan suatu momentum untuk menjadi wanita seutuhnya.Sedangkan di Dunia Barat sana banyak wanita penganut faham feminisme yang engan untuk hamil, karena mereka tidak tahu hakekat kehamilan bagi wanita.Oleh sebab itu kita sebagai umat Islam bersyukur dilahirkan dalam keadaan iman dan Islam. Allah SWT memberikan kelebihan atau keistimewaan bagi wanita hamil dan saat melahirkan.‎

Ayat Al-Qur’an tentang persalinan, dimuat bersama-sama dengan ayat tentang kehamilan, antara lain ada dalam QS. Al-Ahqaf/46:15-16.


وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16) 

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang yang berserah diri.” Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.(QS. Al-Ahqaf/36:15-16.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu alasan kenapa Allah memberi wasiat pada manusia agar berbakti pada kedua orang tua adalah karena proses persalinan yang dialami ibu merupakan suatu proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi rahim ketika bayi mau lahir, menyebabkan ibu merasakan sangat kesakitan, bahkan dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan kematian. Karena perjuangan ibu ketika melahirkan dan  resiko yang sangat berat yang ditanggung seorang ibu, Nabi cukup bijaksana dan memberi empati pada ibu yang meninggal karena melahirkan sebagai syahid, setara dengan perjuangan jihad dimedan perang. Penghargaan itu diberikan Nabi sebagai rasa impati karena musibah yang dialami dan juga beratnya resiko kehamilan dan melahirkan bagi seorang ibu. Hal ini bukan berarti membiarkan ibu yang akan melahirkan agar mati syahid, tetapi justru memberi isyarat agar dilakukan upaya-upaya perlindungan, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pada ibu pada masa-masa kehamilan dan melahirkan. Namun bila ibu meninggal karena melahirkan, Allah menilainya sebagai perjuangan dan meninggal dalam keadaan syahid.‎

Wanita yang wafat karena melahirkan, atau karena nifas, atau karena hamil semuanya bisa diharapkan (tidak boleh dipastikan) mendapatkan pahala mati syahid berdasarkan sejumlah nash. Diantaranya adalah hadis berikut ini;

مسند أحمد (32/ 204)
 عَنْ رَاشِدِ بْنِ حُبَيْشٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَعُودُهُ فِي مَرَضِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَعْلَمُونَ مَنْ الشَّهِيدُ مِنْ أُمَّتِي فَأَرَمَّ الْقَوْمُ فَقَالَ عُبَادَةُ سَانِدُونِي فَأَسْنَدُوهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ الصَّابِرُ الْمُحْتَسِبُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْغَرَقُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ شَهَادَةٌ وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ

Dari Rasyid bin Hubais, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menemui 'Ubadah bin Shamit untuk menjenguknya ketika dia sakit. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Apakah kalian tahu, siapa yang diistilahkan syahid di antara umatku?" Semua terdiam. 'Ubadah berkata; "Sandarkanlah saya", mereka pun menyandarkannya. Lalu Ubadah berkata; "Wahai Rasulullah, yang dinamakan syahid adalah orang sabar yang mengharapkan balasan dari Allah". Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Kalau begitu orang yang syahid dari ummatku sangat sedikit, padahal orang yang terbunuh di jalan Allah Azzawajalla adalah syahid, orang yang mati terkena wabah adalah syahid, orang mati tenggelam adalah syahid, orang yang mati karena sakit perut adalah syahid, wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya, anaknya menariknya dengan tali pusar untuk masuk ke surga". (H.R. Ahmad)

Lafadz yang berbunyi;

وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ 

"Wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya, anaknya menariknya dengan tali pusar untuk masuk ke surga"

Lafadz ini menunjukkan wanita yang mati karena nifas, yakni setelah melahirkan anak mendapatkan pahala mati syahid sebagaimana orang yang mati karena wabah, tenggelam, dan sakit perut. Wanita yang mati karena nifas akan digandeng anaknya menuju surga.

Hadis lain yang menunjukkan adalah riwayat An-Nasai berikut ini;

سنن النسائي (10/ 239)
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَمْسٌ مَنْ قُبِضَ فِي شَيْءٍ مِنْهُنَّ فَهُوَ شَهِيدٌ الْمَقْتُولُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ وَالْمَطْعُونُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ وَالنُّفَسَاءُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ

Dari 'Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lima hal yang jika seseorang mati pada sebagian darinya maka ia syahid, yaitu orang yang terbunuh dijalan Allah adalah orang yang syahid, orang yang tenggelam dijalan Allah adalah orang yang syahid, orang yang sakit perut dijalan Allah adalah orang yang syahid, orang yang terkena terkena sakit pes dijalan Allah adalah orang yang syahid, dan orang yang mati ketika melahirkan di jalan Allah adalah orang yang syahid." (H.R. An-Nasai)

Hadis ini lebih lugas menjelaskan bahwa wanita yang wafat karena nifas, yakni setelah melahirkan anak maka dia dihitung syuhada'.

Hadis lain yang menunjukkan adalah riwayat Abu Dawud berikut ini;

سنن أبى داود - م (3/ 156)
عَنْ عَتِيكِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عَتِيكٍ - وَهُوَ جَدُّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَبُو أُمِّهِ - أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَمَّهُ جَابِرَ بْنَ عَتِيكٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَاءَ يَعُودُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ ثَابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ فَصَاحَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمْ يُجِبْهُ فَاسْتَرْجَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَقَالَ « غُلِبْنَا عَلَيْكَ يَا أَبَا الرَّبِيعِ ». فَصَاحَ النِّسْوَةُ وَبَكَيْنَ فَجَعَلَ ابْنُ عَتِيكٍ يُسْكِتُهُنَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « دَعْهُنَّ فَإِذَا وَجَبَ فَلاَ تَبْكِيَنَّ بَاكِيَةٌ ». قَالُوا وَمَا الْوُجُوبُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الْمَوْتُ ». قَالَتِ ابْنَتُهُ وَاللَّهِ إِنْ كُنْتُ لأَرْجُو أَنْ تَكُونَ شَهِيدًا فَإِنَّكَ كُنْتَ قَدْ قَضَيْتَ جِهَازَكَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ ». قَالُوا الْقَتْلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ وَالَّذِى يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ ».

Dari 'Atik bin Al Harits bin 'Atik ia adalah kakek Abdullah bin Abdullah ayah ibunya, bahwa ia telah mengabarkan kepadanya bahwa pamannya yaitu Jabir bin 'Atik telah mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang mengunjungi Abdullah bin Tsabit, lalu beliau mendapatinya telah parah sakitnya, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggilnya dan Abdullah tidak menjawab panggilan beliau. Lalu mengucapkan istirja' (INNAALILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI'UUN), beliau berkata: "Taqdirmu telah mendahului kami wahai Abu Ar Rabi'! kemudian para wanita berteriak dan menangis, lalu Ibnu 'Atik mendiamkan mereka. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Biarkan mereka, seandainya ia telah 'wajab' maka janganlah ada seorang wanita yang menangis!" Mereka bertanya; apakah 'wajab' itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: "Meninggal dunia." Anak wanitanya berkata; demi Allah, sungguh aku berharap kamu (doa untuk sang ayah) menjadi orang yang syahid. Sungguh engkau telah menyelesaikan persiapan (perang) mu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah memberikannya pahala sesuai dengan niatnya. Apakah yang kalian anggap sebagai mati syahid?" Mereka berkata; terbunuh di jalan Allah ta'ala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mati syahid selain terbunuh di jalan Allah ada tujuh, yaitu: orang yang meninggal karena terkena penyakit tha'un (sampar, pes) adalah syahid, orang yang mati tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal karena sakit radang selaput dada adalah syahid, orang meninggal karena sakit perut adalah syahid, orang yang terbakar adalah syahid, dan orang yang meninggal terkena reruntuhan adalah syahid, serta seorang wanita yang meninggal karena Jum'in  adalah syahid."

Ibnu Hajar menerangkan bahwa wanita yang mati karena Jum'in maksudnya adalah mati setelah melahirkan di nifas. Ibnu hajar berkata;

فتح الباري - ابن حجر (6/ 43)
وأما المرأة تموت بجمع فهو بضم الجيم وسكون الميم وقد تفتح الجيم وتكسر أيضا وهي النفساء

Adapun wanita yang wafat karena Jum'in maka cara membaca huruf Jim, Mim, 'Ain tersebut adalah dengan mendhommahkan Jim dan mensukunkan Mim. Bisa juga Jimnya diFathah atau dikasroh, maksudnya adalah wanita-wanita yang bernifas. (Fathu Al-Bary, vol.6, hlm 43)

An-Nawawy memberikan penafsiran semakna dalam syarahnya. Beliau berkata;

شرح النووي على مسلم (13/ 63)
وأما المرأة تموت بجمع فهو بضم الجيم وفتحها وكسرها والضم أشهر قيل التى تموت حاملا جامعة ولدها فى بطنها

Adapun wanita yang wafat karena Jum'in maka cara membaca huruf Jim, Mim, 'Ain tersebut adalah dengan mendhommahkan Jim atau memfathahkannya atau mengkasrohkannya, namun mendhommahkan lebih populer. Maksudnya adalah wanita  yang wafat dalam keadaan hamil yang menghimpun janin dalam perutnya. (Fathu Al-Bary, vol.6, hlm 43)

Lafadz dalam hadis ini secara bahasa memungkinkan pula difahami bahwa maksudnya adalah wanita yang masih  gadis/perawan dan mati sebelum sempat menikah. Jika penafsiran ini yang diambil, maka gadis/perawan yang wafat sebelum sempat menikah juga mendapatkan pahala mati syahid. Namun umumnya ulama menguatkan penafsiran yang pertama karena itulah yang lebih masyhur, yakni yang dimaksud Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah wanita yang mati karena nifas/melahirkan anak/hamil.

Hadis yang semakna dengan apa yang diriwayatkan Abu Dawud diriwayatkan pula oleh ibnu Majah. Beliau meriwayatkan;

سنن ابن ماجه (8/ 314)
 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرِ بْنِ عَتِيكٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّهُ مَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَالَ قَائِلٌ مِنْ أَهْلِهِ إِنْ كُنَّا لَنَرْجُو أَنْ تَكُونَ وَفَاتُهُ قَتْلَ شَهَادَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهَادَةٌ وَالْمَطْعُونُ شَهَادَةٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهَادَةٌ يَعْنِي الْحَامِلَ وَالْغَرِقُ وَالْحَرِقُ وَالْمَجْنُوبُ يَعْنِي ذَاتَ الْجَنْبِ شَهَادَةٌ

Dari Abdullah bin Abdullah bin Jabri bin 'Atik dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa ia sedang sakit, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang untuk menjenguknya, seseorang dari keluarganya berkata; "Kami mengharapkan agar kematiannya dengan terbunuh secara syahid di jalan Allah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika demikian umatku yang mati syahid hanya sedikit, seseorang yang terbunuh di jalan Allah adalah orang yang mati syahid, penderita lepra mati syahid, wanita yang meninggal dunia karena melahirkan juga syahid, orang yang mati tenggelam, kebakaran dan orang yang menderita selaput dada juga adalah syahid."(H.R. Ibnu Majah)

Demikian pula An-Nasai;

سنن النسائي (10/ 282)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرٍ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَادَ جَبْرًا فَلَمَّا دَخَلَ سَمِعَ النِّسَاءَ يَبْكِينَ وَيَقُلْنَ كُنَّا نَحْسَبُ وَفَاتَكَ قَتْلًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ إِلَّا مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ شُهَدَاءَكُمْ إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ شَهَادَةٌ وَالْحَرَقُ شَهَادَةٌ وَالْغَرَقُ شَهَادَةٌ وَالْمَغْمُومُ يَعْنِي الْهَدِمَ شَهَادَةٌ وَالْمَجْنُونُ شَهَادَةٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ قَالَ رَجُلٌ أَتَبْكِينَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ قَالَ دَعْهُنَّ فَإِذَا وَجَبَ فَلَا تَبْكِيَنَّ عَلَيْهِ بَاكِيَةٌ

Dari Abdullah bin Abdillah bin Jabar dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali, kemudian tatkala beliau masuk maka beliau mendengar para wanita menangis, dan mereka berkata; kami mengira anda meninggal karena terbunuh di jalan Allah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah kalian menganggap syahid kecuali ‎orang yang terbunuh di jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang syahid kalian jika demikian sungguh sedikit. Terbunuh di jalan Allah adalah syahid, meniggal karena sakit perut adalah syahid, terbakar adalah syahid, tenggelam adalah syahid, orang yang tertimpa reruntuhan adalah syahid, orang yang mati karena gila adalah syahid, wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid." Seorang laki-laki berkata; apakah kalian menangis sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang duduk? Beliau bersabda: "Biarkan mereka, apabila telah meninggal maka tidak boleh ada seorang wanitapun yang menangisinya."(H.R. An-Nasai)

Semua dalil di atas menunjukkan bahwa wanita yang wafat karena hamil, atau melahirkan, atau nifas semuanya bisa diharapkan mendapatkan pahala mati syahid.
Namun syahid yang dimaksud di sini adalah syahid akhirat saja, bukan syahid dunia-akhirat. Hal itu dikarenakan mati Syahid ada tiga macam; Syahid dunia Akhirat, Syahid Akhirat saja, dan Syahid dunia saja. Syahid dunia Akhirat adalah Muslim yang gugur di medan perang/Jihad untuk meninggikan Kalimatullah. Syahid golongan ini tidak dimandikan dan tidak dishalati, tapi langsung dikebumikan dengan darah yang ada padanya dengan pakaian yang dikenakannya. Syahid Akhirat saja adalah orang-orang yang wafat karena sebab-sebab yang dinyatakan oleh Nash seperti sakit perut/diare, tertimpa reruntuhan, terbakar, tenggelam, melahirkan dll sehingga mendapatkan pahala mati Syahid namun tetap diperlakukan seperti mayat Muslim pada umumnya, yakni dimandikan, dan dishalati. Syahid dunia saja bermakna orang yang gugur dalam Jihad tetapi niat Jihadnya bukan karena Allah, seperti berjihad karena Riya', Sum'ah, mendapat Ghonimah dll. Syahid golongan ini diperlakukan seperti Syahid dunia Akhirat dari segi tidak dimandikan dan tidak dishalati, tetapi di Akhirat tidak mendapatkan apa-apa. 

Disyaratkan pula hendaknya dia memenuhi syarat-syarat diperolehnya pahala mati Syahid seperti; Muslim, Shobr (tabah/tegar) saat menghadapi musibah tersebut, dan Ihtisab (mengharap pahala). Dia juga harus  menghindari hal-hal yang menghalangi diperolehnya pahala mati Syahid seperti hutang, Ghulul (korupsi Ghanimah), merampas hak orang, mati dalam kondisi bermaksiat dll.

Terkait syarat Muslim, hal itu dikarenakan pembicaraan pahala mati Syahid memang hanya terkait dengan kaum Muslimin saja, bukan orang Kafir. Orang Kafir yang mati  dalam keadaan Kafir dengan cara apapun dia mati tempatnya di neraka. Lagipula Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam ketika membicarakan mati Syahid, beliau sedang membicarakan umatnya, yaitu  umat islam. Penyebutan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam tentang macam-macam mati Syahid dikalangan umatnya menunjukkan bahwa yang berhak mendapatkan pahala mati Syahid hanyalah kaum Muslimin saja. Imam Muslim meriwayatkan;

صحيح مسلم (10/ 29)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ 

Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apa yang dimaksud orang yang mati Syahid di antara kalian?" para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, orang yang meninggal karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati Syahid." Beliau bersabda: "Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid." (H.R.Muslim)

Disyaratkan pula shobr (ketabahan) dan Ihtisab (mengharap pahala) untuk mendapatkan pahala mati Syahid. Artinya, jika seorang muslimah saat melahirkan yang membuatnya wafat itu tidak Shobr, misalnya dengan memaki-maki ketentuan Allah, tidak rela, dan berkeluh kesah maka dia tidak berhak mendapatkan janji tersebut. Demikian pula jika dia tidak melakukan Ihtisab, misalnya saat musibah menunjukkan ketegaran agar terkenal dikalangan manusia, maka dia juga tidak mendapatkan janji. Dalil bahwa Shobr dan Ihtisab adalah Syarat mendapatkan ganjaran mati Syahid adalah hadis berikut;

مسند أحمد (16/ 270)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ فَذَكَرَ الْإِيمَانَ بِاللَّهِ وَالْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مِنْ أَفْضَلِ الْأَعْمَالِ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَنَا صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلًا غَيْرَ مُدْبِرٍ كَفَّرَ اللَّهُ عَنِّي خَطَايَايَ قَالَ نَعَمْ 

Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan berkhutbah di hadapan manusia, lalu beliau mengingatkan bahwa beriman kepada Allah dan jihad fi sabilillah adalah amalan yang paling utama di sisi Allah, " Abu Hurairah berkata; Lalu seorang laki-laki berdiri dan berkata; "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah kemudian aku Shobr dan Ihtisab, aku berperang dibarisan depan dan tidak melarikan diri, apakah Allah akan menghapuskan dosa-dosaku?" Beliau menjawab: "Benar." (H.R. Ahmad)

Adapun dosa, maka tidak ada manusia yang tidak berdosa dan dosa tidak bisa menghalangi diperolehnya ganjaran mati Syahid kecuali yang dinyatakan nash. Contoh diantara dosa yang tidak diampuni dengan mati Syahid hutang. Imam Muslim meriwayatkan;

صحيح مسلم (9/ 469)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ

Dari Abdullah bin 'Amru bin 'Ash, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang yang mati Syahid akan diampuni segala dosa-dosanya kecuali hutang." (H.R. Muslim)

Demikian pula dosa-dosa lain yang dinyatakan nash seperti ghulul (korupsi ghanimah), merampas hak orang lain, mati dijalan maksiat (seperti mau berzina kemudian terbakar) dll. Imam Assubki dalam Fatawi As-Subki memaparkan cukup luas syarat-syarat agar seseorang bisa mendapatkan pahala mati Syahid.


Macam-macam orang yang bisa digolongkan dalam mati syahid akhirat saja tidak terbatas pada 5 macam saja, tidak pula 7, 8, 11 dst. Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, berdasarkan riwayat-riwayat yang bisa diterima, Muslim yang berhak mendapat pahala mati syahid karena sebab tertentu jumlahnya lebih dari 20 macam. 

Tetap Wajib Dimandikan

Kaum muslimin yang meninggal dengan kondisi di atas, tetap wajib dimandikan, dikafani, dan dishalati, sebagaimana umumnya jenazah. Orang yang mati syahid dan jenazahnya tidak boleh dimandikan, adalah orang yang mati syahid di medan perang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menshalati jenazah wanita yang mati ketika nifas. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Qudamah mengatakan,

فأما الشهيد بغير قتل , كالمبطون , والمطعون , والغرق , وصاحب الهدم , والنفساء , فإنهم يغسلون , ويصلى عليهم ; لا نعلم فيه خلافا , إلا ما يحكى عن الحسن .. وقد صلى المسلمون على عمر وعلي رضي الله عنهما , وهما شهيدان

Orang yang mati syahid, selain yang terbunuh di medan perang, seperti orang yang sakit perut, orang yang mati karena thaun, karena tenggelam, tertimpa, atau yang mati karena nifas, mereka semua dimandikan dan dishalati. Saya tidak menjumpai pendapat yang bertentangan dengan hal ini, selain pendapat yang diriwakatkan dari Hasan Al-Bashri… kaum muslimin juga menshalati jenazah Amirul mukminin, Umar bin Kahatab dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, padahal keduanya mati syahid (tapi tidak di medan perang) (al-Mughni, 2:399)
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎