Translate

Sabtu, 04 Juni 2016

Penjelasan Kisah Rosululloh SAW Yang Dianggap Gila

Pelecehan terhadap para Nabi As dan Nabi Muhammad SAW bukan merupakan hal yang baru, melainkan memiliki rentetan pengalaman sejarah yang panjang sebagaimana yang diungkapkan al-Qur’an dengan tiga penjelasan. 

Pertama, Pelecehan yang termasuk jenis penghinaan dan olok-olok: 

يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

“Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (Qs. Yasin [36]:30).

Kedua, Pelecehan yang termasuk jenis tudingan dan tuduhan:

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ (52) أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ (53) 

 “Demikianlah, tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”(Qs. Al-Dzariyat [51]:52-53).

Ketiga, Memandang perbuatan nabi sebagai sihir, dusta, tidak berakal.

أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا (8)


 “Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta melimpah (dari langit), atau (mengapa) ia tidak memiliki kebun, yang ia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata, “Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.” (Qs. Al-Furqan [25]:8)

Ketika Nabi Muhammad SAW dianggap gila dan akan diruqyah seorang ahli ruqyah
وَحَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى كِلاَهُمَا عَنْ عَبْدِ اْلأَعْلَى قَالَ اِبْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ اْلأَعْلَى وَهُوَ أَبُوْ هَمَّامٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعِيْدٍ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ :

أَنَّ ضِمَادًا قَدِمَ مَكَّةَ وَكَانَ مِنْ أَزْدِ شَنُوْءَةَ وَكَانَ يَرْقِي مِنْ هَذِهِ الرِّيْحِ فَسَمِعَ سُفَهَاءَ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ يَقُوْلُوْنَ إِنَّ مُحَمَّدًا مَجْنُوْنٌ فَقَالَ لَوْ أَنِّي رَأَيْتُ هَذَا الرَّجُلَ لَعَلَّ اللهَ يَشْفِيْهِ عَلَى يَدَيَّ قَالَ فَلَقِيَهُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَرْقِي مِنْ هَذِهِ الرِّيْحِ وَإِنَّ اللهَ يَشْفِي عَلَى يَدِي مَنْ شَاءَ فَهَلْ لَكَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ قَالَ فَقَالَ أَعِدْ عَلَيَّ كَلِمَاتِكَ هَؤُلاَءِ فَأَعَادَهُنَّ عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ فَقَالَ لَقَدْ سَمِعْتُ قَوْلَ الْكَهَنَةِ وَقَوْلَ السَّحَرَةِ وَقَوْلَ الشُّعَرَاءِ فَمَا سَمِعْتُ مِثْلَ كَلِمَاتِكَ هَؤُلاَءِ وَلَقَدْ بَلَغْنَ نَاعُوْسَ الْبَحْرِ قَالَ فَقَالَ هَاتِ يَدَكَ أُبَايِعْكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ قَالَ فَبَايَعَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى قَوْمِكَ قَالَ وَعَلَى قَوْمِي قَالَ فَبَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً فَمَرُّوْا بِقَوْمِهِ فَقَالَ صَاحِبُ السَّرِيَّةِ لِلْجَيْشِ هَلْ أَصَبْتُمْ مِنْ هَؤُلاَءِ شَيْئًا فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ أَصَبْتُ مِنْهُمْ مِطْهَرَةً فَقَالَ رُدُّوْهَا فَإِنَّ هَؤُلاَءِ قَوْمُ ضِمَادٍ‎

Dan Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Al Mutsanna keduanya dari Al A’la – Ibnul Mutsanna berkata- telah menceritakan kepadaku Abdul A’la ia adalah Abu Hammam, telah menceritakan kepada kami Dawud dari Amru bin Sa’id dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwasanya‎
Suatu ketika, Dhimad pernah datang ke Makkah. Dia berasal dari Azdi Syanu`ah, dan pandai meruqyah (mengobati dengan bacaan-bacaan tertentu) seorang yang gila atau terkena gangguan jin. Kemudian pada suatu hari ia mendengar orang-orang bodoh penduduk Makkah mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Maka Dhimad berkata, Sekiranya aku dapat melihat laki-laki ini, mudah-mudahan Allah menyembuhkannya melalui tanganku. Maka Dhimad pun menemui beliau, dan berkata, Wahai Muhammad, saya biasa meruqyah penyakit ini, dan Allah akan menyembuhkan melalui tanganku siapa saja yang dikehendakinya. Maukah kamu? Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: INNAL HAMDA LILLAHI NAHMADUHU WA NASTA’IINUHU MAN YAHDIHILLAHU FALAA MUDLILLA LAHU WA MAN YUDHLIL FALAA HAADLIYA LAHU WA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH AMMA BA’DU. Dhimad berkata, Ulangilah lagi kata-katamu tadi. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengulanginya kembali hingga tiga kali. Akhirnya Dhimad berkata, Aku telah mendengar kata-kata tukang tenun, kata-kata tukang sihir dan kata-kata tukang sya’ir tetapi aku belum pernah mendengar kata-kata seperti yang Anda ucapkan itu, akupun juga pernah mengarungi lautan. Berikanlah tangan Anda padaku, aku akan bersumpah setia dengan Anda untuk memeluk Islam. Maka beliau pun membai’atnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dan juga untuk kaummu. Dhimad berkata, Ya, juga untuk kaumku. Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Sariyah (pasukan khusus yang ditugaskan utuk operasi tertentu), lalu mereka melewati kaumnya Dhimad. Lalu komandan pasukan itu bertanya kepada para prajuritnya, Adakah kalian mengambil sesuatu dari kampun itu? maka seorang laki-laki menyahut, Ada, saya telah mengambil ember mereka. maka sang komandan pun berkata,Kembalikanlah. Karena mereka adalah kaumnya Dhimad.(Shahih Muslim 868-46)

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (46) 

Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum(menghadapi) azab yang keras. (QS Saba: 46)

Firman Allah Swt.:

قُلْ

Katakanlah. (Saba: 46)

Hai Muhammad, kepada orang-orang kafir itu yang mengiramu sebagai orang gila,

Firman-Nya 

{إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ}

Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja. (Saba: 46)

Sesungguhnya aku hanya memperingatkan kalian suatu hal saja, yaitu:

{أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ}

supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46)

Hendaknya kamu bersatu dan membulatkan niat secara tulus karena Allah tanpa dipengaruhi oleh kecenderungan dan juga tanpa fanatisme. Lalu sebagian kamu menanyakan kepada sebagian yang lain, "Apakah Muhammad mempunyai penyakit gila?" kemudian sebagian kamu menjawab sebagian lain dengan tulus.

{ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا}

Kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad). (Saba: 46)

Yakni hendaklah seseorang merenungkan perihal Nabi Muhammad dan menanyakannya kepada orang lain tentang perihalnya jika ia sulit untuk menilainya. Hendaknya pula ia memandang kepada dirinya sendiri. Karena itu, disebutkan oleh firman Allah Swt.:

{أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ}

yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46)

Demikianlah menurut apa yang tersimpulkan dari pendapat yang dikemukakan oleh Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, As-Saddi. Qatadah, dan lain-lainnya. Dan inilah yang dimaksud oleh ayat.

Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu bahwa:

حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامِ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي الْعَاتِكَةِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "أُعْطِيتُ ثَلَاثًا لَمْ يُعْطَهُنَّ مَن قَبْلِي وَلَا فَخْرٌ: أُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لِمَنْ قَبْلِي، كَانُوا قَبْلِي يَجْمَعُونَ غَنَائِمَهُمْ فَيَحْرُقُونَهَا. وبُعثت إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ، وَكَانَ كُلُّ نَبِيٍّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، أَتَيَمَّمُ بِالصَّعِيدِ، وَأُصَلِّي حَيْثُ أَدْرَكَتْنِي الصَّلَاةُ، قَالَ اللَّهُ: {أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى} وَأُعِنْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ بَيْنَ يَدَيَّ"

Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abul Atikah, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda:Aku dianugerahi tiga perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku, bukan karena sombong. Yaitu dihalalkan bagiku ganimah, padahal ia belum pernah dihalal­kan bagi orang-orang sebelumku; mereka dahulu sebelumku mengumpulkan ganimah itu, lalu mereka bakar; dan aku diutus untuk semua makhluk yang berkulit merah dan yang berkulit hitam (yakni jin dan manusia), sedangkan dahulu setiap nabi diutus hanya khusus untuk kaumnya; dan bumi ini dijadikan bagiku masjid lagi suci dan menyucikan, aku dapat bertayamum memakai debu dan salat di mana saja bila waktu salat telah masuk. Allah Swt. telah berfirman, "Supaya kalian berdiri menghadap Allah berdua-dua atau sendiri-sendiri, " dan aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam musuhku) dalam jarak perjalanan satu bulan di hadapanku.

Hadis ini daif sanadnya, dan mengenai tafsir ayat yang ditakwilkan dengan pengertian berdiri dalam salat—baik jamaah maupun sendiri-sendiri— jauh dari kebenaran.

Barangkali kalimat ini disisipkan oleh sebagian perawi ke dalam hadis, karena sesungguhnya asal hadis ini telah termaktub di dalam kitab-kitab sahih dan lainnya (tanpa memakai tafsir ayat tersebut); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

{إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ}

Dan tidak lain dia hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46)

قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَهَا: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازم، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مرَّة، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: صَعدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّفَا ذَاتَ يَوْمٍ، فَقَالَ: "يَا صَبَاحَاهُ". فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ، فَقَالُوا: مَا لَكَ؟ فَقَالَ: "أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ يُصَبّحكم أَوْ يُمَسّيكم، أَمَا كُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي؟ " قَالُوا: بَلَى. قَالَ: "فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ". فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ! أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ}

Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi Saw. mendaki bukit Safa, lalu berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini, berkumpullah!" Maka orang-orang Quraisy datang berkumpul kepadanya, lalu mereka bertanya, "Mengapa kamu?" Nabi Saw. bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian seandainya aku beritakan kepada kalian bahwa musuh akan datang menyerang kalian di pagi hari atau di petang hari ini, apakah kalian percaya kepadaku?” Mereka menjawab, "Tentu percaya.” Nabi Saw. bersabda, "Maka sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum (menghadapi) azab yang keras.”Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu, apakah hanya untuk itu engkau mengumpulkan kami?" Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya:Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (Al-Lahab: 1)

Hal ini telah dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:

{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ}

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا بَشِيرُ بْنُ الْمُهَاجِرِ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَنَادَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ: "أَيُّهَا النَّاسُ، أَتُدْرُونَ مَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ مثلُ قَوْمٍ خَافُوا عَدُوًّا يَأْتِيهِمْ، فَبَعَثُوا رَجُلًا يَتَرَاءَى لَهُمْ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ أَبْصَرَ الْعَدُوَّ، فَأَقْبَلَ لِيُنْذِرَهُمْ وَخَشِيَ أَنْ يُدْرِكَهُ الْعَدُوُّ قَبْلَ أَنْ يُنْذِرَ قَوْمَهُ، فَأَهْوَى بِثَوْبِهِ: أَيُّهَا النَّاسُ، أُوتِيتُمْ. أَيُّهَا النَّاسُ، أُوتِيتُمْ -ثَلَاثَ مَرَّاتٍ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Basyir ibnul Muhajir, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. keluar menemui kami di suatu hari, lalu beliau berseru sebanyak tiga kali dan bersabda, "Tahukah kalian, seperti apakah perumpamaan antara aku dan kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:Sesungguhnya perumpamaan aku dan kalian bagaikan suatu kaum yang merasa khawatir akan kedatangan musuh yang menyerang mereka. Lalu mereka mengirim seorang lelaki untuk memata-matai kedatangan musuh. Ketika ia telah berada di posisinya, tiba-tiba ia melihat musuh datang. Maka segera ia kembali untuk memperingatkan mereka dengan penuh kekhawatiran akan tersusul oleh musuh sebelum ia menyampai­kan peringatan dini kepada kaumnya, untuk itu ia melepaskan bajunya dan mengibar-ngibarkannya seraya berseru, "Hai kaumku, kalian akan diserang. Hai kaumku, kalian akan diserang, " sebanyak tiga kali.

Masih dalam sanad yang sama disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ جَمِيعًا، إِنْ كَادَتْ لَتَسْبِقُنِي".

Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dengan hari kiamat berbarengan, hampir saja hari kiamat benar-benar mendahuluiku.

Hadis diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya.

Sikap Rosululloh Terhadap Penghinaan 

Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmatan lil ‘alamien. Beliau terkenal luas sebagai seorang yang sabar, santun, pemaaf, dan penyayang. Seluruh ucapan dan perbuatan beliau adalah pelaksanaan dari wahyu Al-Qur’an. Beliau adalah “Al-Qur’an yang berjalan”. Seluruh ucapan dan perbuatan beliau adalah akhlak mulia yang wajib dicontoh oleh kaum muslimin.
Lantas bagaimana teladan ucapan dan perbuatan Nabi SAW dalam menyikapi orang-orang yang mencaci maki, melecehkan dan mengolok-olok Allah atau ajaran Islam atau diri beliau sendiri? Jawabannya bisa kita dapatkan dari hadits-hadits shahih berikut ini:
Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ أَعْمَى كَانَتْ لَهُ أُمُّ وَلَدٍ تَشْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَقَعُ فِيهِ، فَيَنْهَاهَا، فَلَا تَنْتَهِي، وَيَزْجُرُهَا فَلَا تَنْزَجِرُ، قَالَ: فَلَمَّا كَانَتْ ذَاتَ لَيْلَةٍ، جَعَلَتْ تَقَعُ فِي النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَشْتُمُهُ، فَأَخَذَ الْمِغْوَلَ فَوَضَعَهُ فِي بَطْنِهَا، وَاتَّكَأَ عَلَيْهَا فَقَتَلَهَا، فَوَقَعَ بَيْنَ رِجْلَيْهَا طِفْلٌ، فَلَطَّخَتْ مَا هُنَاكَ بِالدَّمِ،
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang laki-laki buta yang memiliki seorang budak perempuan yang hamil dari hubungan dengannya (ummu walad). Budak perempuan itu biasa mencaci maki dan merendahkan Nabi SAW. Sebagai tuan, laki-laki buta itu telah memperingatkan budak perempuannya untuk menghentikan perbuatan buruknya itu, namun perempuan itu tidak mau menuruti peringatannya. Laki-laki buta itu telah memerintahkan budak perempuannya menghentikan perbuatan buruknya itu, namun perempuan itu tidak mau berhenti.

Pada suatu malam, budak perempuan itu kembali mencaci maki Nabi SAW. Maka laki-laki buta itu mengambil belati dan menusukkannya ke perut perempuan serta menekannya dengan kuat sampai budak perempuan itu tewas. Tiba-tiba seorang bayi laki-laki keluar dari perut perempuan itu di antara kedua kakinya, dan darahnya menodai ranjang.

فَلَمَّا أَصْبَحَ ذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَمَعَ النَّاسَ فَقَالَ: «أَنْشُدُ اللَّهَ رَجُلًا فَعَلَ مَا فَعَلَ لِي عَلَيْهِ حَقٌّ إِلَّا قَامَ»، فَقَامَ الْأَعْمَى يَتَخَطَّى النَّاسَ وَهُوَ يَتَزَلْزَلُ حَتَّى قَعَدَ بَيْنَ يَدَيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا صَاحِبُهَا، كَانَتْ تَشْتُمُكَ، وَتَقَعُ فِيكَ، فَأَنْهَاهَا فَلَا تَنْتَهِي، وَأَزْجُرُهَا، فَلَا تَنْزَجِرُ، وَلِي مِنْهَا ابْنَانِ مِثْلُ اللُّؤْلُؤَتَيْنِ، وَكَانَتْ بِي رَفِيقَةً، فَلَمَّا كَانَ الْبَارِحَةَ جَعَلَتْ تَشْتُمُكَ، وَتَقَعُ فِيكَ، فَأَخَذْتُ الْمِغْوَلَ فَوَضَعْتُهُ فِي بَطْنِهَا، وَاتَّكَأْتُ عَلَيْهَا حَتَّى قَتَلْتُهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلَا اشْهَدُوا أَنَّ دَمَهَا هَدَرٌ»
Keesokan paginya, berita pembunuhan terhadap budak perempuan yang hamil itu dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Maka beliau mengumpulkan para sahabat dan bersabda, “Aku bersumpah dengan nama Allah, hendaknya orang yang melakukan pembunuhan itu berdiri sekarang juga memenuhi panggilanku!”
Maka laki-laki yang buta itu berdiri, berjalan di antara orang-orang dan maju ke depan sehingga ia bisa duduk di depan Nabi SAW. Laki-laki itu berkata: “Wahai Rasulullah, akulah yang telah membunuhnya. Dia selalu mencaci maki dan merendahkan Anda. Aku telah memperingatkannya, namun ia tidak mau peduli. Aku telah melarangnya, namun ia tidak mau berhenti. Aku memiliki dua orang anak seperti intan pertama darinya. Ia adalah kawan hidupku. Ketika tadi malam ia kembali mencaci maki dan merendahkan Anda, maka aku pun mengambil belati, menusukkan ke perutnya dan menekannya dengan kuat sampai ia tewas.”
Mendengar pengakuan laki-laki buta itu, Nabi SAW bersabda: “Hendaklah kalian semua menjadi saksi, bahwa darah perempuan itu telah sia-sia.” (HR. Abu Daud no. 4361, An-Nasai no. 4070, Al-Baihaqi no. 13375)

Imam Syamsul Haq ‘Azhim Abadi berkata: “Beliau bersabda “darah perempaun itu telah sia-sia” barangkali karena berdasar wahyu, beliau telah mengetahui kebenaran pengakuan laki-laki itu. Hadits ini menunjukkan bahwa jika orang kafir dzimmi tidak menahan lisannya dari (mencaci maki atau melecehkan) Allah dan rasul-Nya, niscaya ia tidak memiliki dzimmah (jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi) sehingga ia halal dibunuh. Demikian dikatakan oleh imam (Muhammad Hayat) As-Sindi.

Hadits Jabir bin Abdullah tentang kisah pembunuhan terhadap pemimpin Yahudi, Ka’ab bin Asyraf:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ لِكَعْبِ بْنِ الأَشْرَفِ، فَإِنَّهُ قَدْ آذَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ»، قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ: أَتُحِبُّ أَنْ أَقْتُلَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ»،
“Dari Jabir bin Abdullah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapakah yang mau “membereskan” Ka’ab bin Asyraf? Sesungguhnya ia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya.” Muhammad bin Maslamah bertanya, “Apakah Anda senang jika aku membunuhnya, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Ya”…” (HR. Bukhari no. 3031 dan Muslim no. 1801).

Imam Bukhari telah menyebutkan kisah pembunuhan Ka’ab bin Asyraf tersebut dalam beberapa hadits (no. 2510, 3031, 4037). Kisah pembunuhan oleh regu suku Aus tersebut juga disebutkan dalam semua kitab sirah nabawiyah (sejarah hidup Nabi SAW).

Hadits Barra’ bin Azib tentang kisah satu regu suku Khazraj yang diutus oleh Rasulullah SAW untuk membunuh tokoh Yahudi Khaibar, Abu Rafi’ Salam bin Abil Huqaiq karena ia sering mencaci maki dan melecehkan Nabi SAW.

Hadits tersebut diriwayatkan beberapa kali oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya dan kisahnya juga disebutkan dalam semua kitab Sirah Nabawiyah. Di antara lafal hadits tersebut dalam shahih Bukhari adalah sebagai berikut:

عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي رَافِعٍ اليَهُودِيِّ رِجَالًا مِنَ الأَنْصَارِ، فَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَتِيكٍ، وَكَانَ أَبُو رَافِعٍ يُؤْذِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُعِينُ عَلَيْهِ، وَكَانَ فِي حِصْنٍ لَهُ بِأَرْضِ الحِجَازِ
“Dari Barra’ bin Azib berkata: Rasulullah SAW mengirim beberapa orang sahabat Anshar untuk (membunuh) pemimpin Yahudi, Abu Rafi’. Rasulullah SAW mengangkat Abdullah bin Atik sebagai komandan regu untuk tugas tersebut. Abu Rabi’ adalah pemimpin Yahudi yang sering menyakiti dan memusuhi beliau. Ia tinggal di sebuah benteng miliknya di daerah Hijaz…”(HR. Bukhari no. 4039, Al-Baihaqi no. 18100)

عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَهْطًا إِلَى أَبِي رَافِعٍ، فَدَخَلَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَتِيكٍ بَيْتَهُ لَيْلًا وَهُوَ نَائِمٌ فَقَتَلَهُ»
“Dari Barra’ bin Azib berkata: Rasulullah SAW mengirim beberapa orang sahabat Anshar untuk (membunuh) pemimpin Yahudi, Abu Rafi’. Maka Abdullah bin Atik memasuki (benteng dan rumah) Abu rafi’ pada malam hari saat ia tengah terlelap tidur, maka Abdullah bin Atik pun segera membunuhnya.” (HR. Bukhari no. 4038, Al-Baihaqi no. 18100)

Imam Bukhari memasukkan hadits-hadits kisah pembunuhan Abu Rafi’ Al-Yahudi tersebut dalam bab “membunuh orang musyrik yang sedang tidur” (no. hadits 3022 dan 3023) dan bab “pembunuhan atas Abu Rafi’ Abdullah bin Abil Huqaiq” (no. hadits 4038, 4039, 4040). Kisah pembunuhan atas Abu Rafi’ Al-Yahudi juga diriwayatkan oleh imam Abdur Razzaq Ash-Shan’ani, Al-Baihaqi, Abu Ya’la Al-Maushili, Ath-Thabarani dan lain-lain dari jalur Abdullah bin Atik, Abdullah bin Unais dan Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Hadits ini menunjukkan kebolehan membunuh orang-orang mereka (kafir) yang sangat menyakiti Rasulullah SAW. Abu Rafi’ adalah orang yang sangat memusuhi Rasulullah SAW dan ia memprokovasi manusia untuk hal itu.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 6/156)
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar